| Tanggal publikasi | : |
|---|
Pendahuluan

BPJS Ketenagakerjaan adalah lembaga resmi yang memberikan perlindungan sosial bagi seluruh pekerja di Indonesia, baik di sektor formal maupun informal.
Bagi karyawan pabrik dan perusahaan industri, memahami isi saldo BPJS sangat penting untuk memantau hak jaminan sosial seperti Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).
Namun, banyak pekerja yang belum mengetahui bagaimana cara membaca saldo BPJS secara benar, termasuk arti setiap komponen yang tercantum. Artikel ini menjelaskan secara lengkap cara melihat saldo, memahami perbedaannya, dan membaca laporan JHT serta JP secara akurat.
1. Mengenal Program BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan memiliki empat program utama:
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) – melindungi pekerja dari risiko kecelakaan di tempat kerja.
Jaminan Kematian (JKM) – memberikan santunan bagi ahli waris ketika peserta meninggal dunia.
Jaminan Hari Tua (JHT) – tabungan wajib yang dapat diambil ketika peserta berhenti bekerja, pensiun, atau mencapai usia 56 tahun.
Jaminan Pensiun (JP) – memberikan penghasilan rutin bulanan setelah peserta memasuki masa pensiun.
Dua program terakhir—JHT dan JP—adalah komponen saldo yang paling sering dilihat oleh karyawan.
2. Cara Cek Saldo BPJS Ketenagakerjaan Online
Ada beberapa cara mudah untuk mengecek saldo BPJS tanpa harus datang ke kantor cabang.
a. Melalui Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile)
Unduh aplikasi JMO di Play Store atau App Store.
Login menggunakan NIK (KTP), email, dan kata sandi.
Pilih menu “Jaminan Hari Tua (JHT)”.
Saldo JHT akan muncul lengkap dengan riwayat iuran setiap bulan.
b. Melalui Situs Web Resmi BPJS Ketenagakerjaan
Kunjungi https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id.
Pilih “Layanan Peserta” → “Tenaga Kerja” → “Cek Saldo JHT”.
Masukkan NIK dan PIN yang telah terdaftar.
Lihat rincian saldo dan riwayat setoran dari perusahaan.
c. Melalui ATM Bank Kerjasama
Beberapa bank seperti BNI, BRI, dan Mandiri menyediakan fitur cek saldo BPJS Ketenagakerjaan di mesin ATM.
Masukkan kartu ATM, pilih menu “BPJS Ketenagakerjaan”, kemudian “Informasi Saldo JHT”.
3. Cara Membaca Saldo BPJS Ketenagakerjaan
Setelah saldo muncul, akan terdapat beberapa kolom dan istilah yang perlu dipahami:
| Istilah | Penjelasan |
|---|---|
| Saldo Awal Tahun | Nilai saldo JHT di awal periode tahun berjalan. |
| Iuran Pekerja & Pemberi Kerja | Setoran bulanan yang terdiri dari kontribusi perusahaan dan karyawan. |
| Hasil Pengembangan | Bunga investasi yang dikelola BPJS, biasanya 4–6% per tahun. |
| Saldo Akhir | Total nilai tabungan JHT setelah ditambah hasil pengembangan. |
| Nomor KPJ | Nomor Kepesertaan Jamsostek unik milik karyawan. |
| Status Aktif | Menunjukkan apakah perusahaan masih rutin menyetor iuran. |
Contoh tampilan saldo pada aplikasi JMO:
Saldo JHT per 31 Oktober 2025 = Rp 45.250.000
Total iuran = Rp 41.000.000
Hasil pengembangan = Rp 4.250.000
Artinya, total uang yang bisa diklaim setelah berhenti kerja atau mencapai usia pensiun adalah Rp 45,25 juta.
4. Perbedaan JHT dan JP
| Komponen | JHT (Jaminan Hari Tua) | JP (Jaminan Pensiun) |
|---|---|---|
| Tujuan | Tabungan pribadi yang bisa diambil sekaligus. | Tunjangan bulanan setelah pensiun. |
| Iuran | 5,7% dari gaji (beban perusahaan 3,7% + karyawan 2%). | 3% dari gaji (beban perusahaan 2% + karyawan 1%). |
| Waktu Cair | Saat berhenti bekerja, usia 56, atau pensiun. | Setelah memenuhi masa iur 15 tahun atau lebih. |
| Bentuk Penerimaan | Uang tunai sekaligus. | Uang bulanan (tunjangan pensiun). |
Dengan memahami perbedaan ini, karyawan dapat memperkirakan berapa nilai JHT yang bisa dicairkan, dan berapa besar tunjangan JP yang diterima di masa pensiun.
5. Cara Menghitung Perkiraan Saldo JHT dan JP
Sebagai gambaran:
Gaji pokok = Rp 5.000.000
Iuran JHT (5,7%) = Rp 285.000/bulan
Jika bekerja 5 tahun: 285.000 × 60 = Rp 17.100.000
Tambah hasil pengembangan (±5% per tahun) ≈ Rp 3.000.000
Total saldo JHT ≈ Rp 20 juta
Untuk JP, iuran 3% = Rp 150.000/bulan. Jika disetor 15 tahun, maka karyawan akan memenuhi syarat penerimaan tunjangan pensiun bulanan sesuai formula resmi BPJS.
6. Arti Status Saldo “Non Aktif” atau “Belum Diperbarui”
Beberapa peserta menemukan keterangan “Non Aktif” saat cek saldo.
Artinya, perusahaan sudah berhenti menyetor iuran atau peserta sudah keluar dari tempat kerja tersebut.
Solusi:
Hubungi HRD lama untuk konfirmasi status kepesertaan.
Jika sudah bekerja di tempat baru, daftarkan nomor KPJ baru agar saldo lama dan baru bisa digabung (transfer saldo).
7. Cara Mencairkan Saldo BPJS Ketenagakerjaan
Jika peserta berhenti bekerja atau telah memenuhi syarat usia, saldo dapat dicairkan melalui aplikasi JMO atau kantor BPJS.
Dokumen yang biasanya diperlukan:
KTP dan KK
Buku rekening
Surat keterangan berhenti bekerja
Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan
Proses pencairan biasanya selesai dalam 3–5 hari kerja.
8. Tips Mengelola Saldo BPJS Ketenagakerjaan
Cek saldo minimal setiap 3 bulan untuk memastikan iuran berjalan lancar.
Gunakan email aktif di aplikasi JMO agar menerima notifikasi saldo otomatis.
Catat nomor KPJ dan simpan di tempat aman.
Konsolidasikan akun lama dan baru jika pernah pindah kerja, agar saldo tidak terpisah.
Kesimpulan
Memahami cara membaca BPJS Ketenagakerjaan sangat penting bagi setiap karyawan.
Dengan mengetahui arti saldo, iuran, dan perbedaan antara JHT dan JP, pekerja dapat mengawasi hak jaminan sosialnya secara mandiri.
Manfaatkan layanan digital seperti JMO untuk memantau saldo secara rutin dan pastikan perusahaan selalu menyetor iuran tepat waktu.
Saldo BPJS bukan hanya tabungan masa depan, tetapi juga bentuk perlindungan finansial bagi pekerja dan keluarganya.
Untuk panduan lengkap seputar slip gaji, BPJS, dan pengelolaan keuangan karyawan, kunjungi:
Bukajobs.com – Portal Karier dan Keuangan Karyawan Indonesia

